Di
sebuah desa di puncak gunung , tumbuhlah pohon yang tumbuh dengan sangat cepat .
Pohon ini memiliki daun yang hijau , berbuah merah mengkilat , dan batang juga
akar yang tebal . Pohon ini sangat ajaib dan istimewa . Setiap mentari terbit
hingga menjelang malam , ia selalu bernyanyi , oleh karena itu pohon ini
dijuluki sebagai pohon ‘bernyanyi’ . Nyanyiannya selalu menarik perhatian
hewan-hewan yang hidup di sekitarnya . Pohon ini berbau wangi , rindang , besar
dan juga tinggi .
Seorang
pengembala domba , sedang mengembala dombanya di padang rumput dimana
disekitarnya terdapat pohon ‘bernyanyi’ dan pohon mangga . Tiba-tiba para
dombanya berjalan menuju pohon ‘bernyanyi’ , si pengembala hanya mengikuti
dombanya sambil kebingungan . Ternyata domba-domba miliknya ingin mendengarkan
nyanyian dari pohon ‘bernyanyi’ , si pengembala justru ikut menikmatinya ,
mereka bergoyang ke kanan dan ke kiri . Mereka kelihatan sangat asyik . Tak
lama kemudian , burung–burung juga tertarik dengan nyanyian pohon ‘bernyanyi’
dan langsung hinggap di batangnya .
Si
pohon ‘bernyanyi’ senang karena memiliki banyak teman di sekitarnya . Pohon
mangga yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pohon ‘bernyanyi’ iri dan sedih ,
“ Ia sangat digemari banyak mahluk , sedangkan aku , aku hanya ada ulat dan
semut yang menemaniku “ keluhan sang pohon mangga . Esoknya , si burung betina
datang dan bertanya . “ Bolehkah aku membuat sarang di batangmu itu ? ” tanya
sang burung betina pada pohon ‘bernyanyi’ . “ Wow silahkan saja , aku senang
sekali bila nanti kamu bertelur dan memiliki anak ! aku akan memiliki banyak
teman nantinya ! ” jawab pohon ‘bernyanyi’ , pohon ‘bernyanyi’ pun melanjutkan
nyanyiannya . Sudah lama si burung
betina tinggal di batang pohon ‘bernyanyi’ , ia pun bertelur, dan memiliki 3
buah telur . “ Bila telur-telurmu menetas , kau akan dipanggil Ibu ! Dan mereka
akan kunyanyikan lagu yang berbeda “ kata pohon ‘bernyanyi’ .
Saat
telur si burung menetas , pohon ‘bernyanyi’ dan Ibu burung sangat senang .
Anak-anak burung ini pun tumbuh besar dan sekarang mereka sudah berumur 5 tahun
. Pohon ‘bernyanyi’ telah hidup cukup tua , tapi ia tetap semangat dan selalu
ceria bernyanyi dan bergoyang . Seperti biasa pengembala domba bersama para
domba-domba , juga burung-burung , dan hewan lainnya selalu menikmatinya . Si
pengembala membawa makanan dan memakannya di bawah pohon ‘bernyanyi’ .
Saat
musim kemarau , si pohon mangga sangat sulit mencari air , ia kekeringan , tapi
pohon ‘bernyanyi’ tetap hijau , si pohon mangga mengeluh lagi . “ Haduh… aku haus
, daunku mati dan berjatuhan, tapi kenapa pohon ‘bernyanyi’ tetap hijau ,
aduh.. “ . Saat pukul 10 malam, pohon mangga menangis , pohon ‘bernyanyi’ pun
menghiburnya “ Tenang , jangan menangis , cobalah ceria dan bernyanyi sedikit !
“ hibur pohon ‘bernyanyi’ . “ Aku haus sekali pohon ‘bernyanyi’ , kalau aku
bernyanyi aku akan tambah haus “ pohon mangga terus mengeluh . “ Ayo coba ,
ikuti aku ! ” kata pohon ‘bernyanyi’ .
Pohon
mangga pun mengikuti nyanyian pohon ‘bernyanyi’ . Esoknya pohon mangga tidak
lagi kehausan justru ia malah ikut bernyanyi . “ Hei pohon ‘bernyanyi’ ! terima
kasih ya ! Betul kata kamu , sekarang aku tidak haus lagi karena aku bernyanyi
dan ceria ! ” teriak pohon mangga . Mereka pun bernyanyi bersama . Sekarang pohon
yang menyanyi tidak hanya pohon ‘bernyanyi’ saja , tapi juga pohon mangga .
Saat musim hujan mereka sangat senang . Mereka terus bernyanyi , bernyanyi dan
bernyanyi .
Sekarang
pohon ‘bernyanyi’ menjadi pohon kenangan bagi desa Makmur ini . Di depan pohon ‘bernyanyi’
dituliskan penjelan-penjelasannya . Esoknya , pohon ‘bernyanyi’ berkata pada
Pak Kepala Desa “ Petiklah buahku , lalu tanamlah bijinya ! “ . Pak Kepala Desa
pun memetik salah satu buah dari pohon ‘bernyanyi’ yang sebelumnya belum pernah
dipetik , lalu buahnya dimakan oleh Pak Kepala Desa . Ternyata buahnya sangat
manis dan nikmat . Pak Kepala Desa pun menanam biji tersebut di samping pohon ‘bernyanyi’
, lalu diberi sedikit air . Esoknya tumbuhlah pohon ‘bernyanyi’ yang baru ,
seluruh penduduk sangat terkejut , dan kaget , lalu Pak Kepala Desa memetik
seluruh buahnya lalu memakannya bersama seluruh penduduk desa Makmur , mereka
memakan di depan pohon ‘bernyani’ sambil mendengarkan nyanyian dari ketiga
pohon disekitar termasuk pohon manggga dan pohon ‘bernyanyi’ yang baru ,
setelah buahnya habis , mereka menanam bijinya dengan cara melingkar , lebihnya
ditanam menjadi garis . Bila dilihat dari atas bentuknya seperti matahari hijau
yang segar dan juga unik.
Sekarang
pohon mangga sangat gembira tidak seperti
dulu lagi , karena ia telah memiliki banyak teman dan tidak kekeringan
lagi . Semua pohon menyanyikan sebuah lagu dengan lembut dan membuat para
penduduk merasa nyaman . Mereka bernyanyi dengan kompak . Kini Desa Makmur disebut dengan sebutan “ Desa
Makmur Bernyanyi “ . Mereka pun selalu bernyanyi dan ceria .(Naila Aufanida)
Mantap, lanjutkan Nai
BalasHapus